Selasa, 17 Februari 2009

Ketakutan Kian Meradang

Ancaman PHK kian meradang seiring tren penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kepala Bappenes Paskah Suzetta, PHK atas 200.000 orang itu bisa terjadi jika pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya hanya mencapai 4,5 persen.

Pemutusan hubungan kerja kian meresahkan seiring perekonomian yang kian lesu. Penurunan nilai ekspor, perlemahan nilai rupiah, dan IHSG yang terus tertekan menjadi gambaran perekonomian yang kian terpuruk. Kondisi ini akan terus memprihatinkan jika sentimen negatif terus terjadi dalam perekonomian Indonesia.

Keresahan akibat krisis keuangan global kian mencengkram pertumbuhan ekonomi dunia termasuk Indonesia ke level yang cukup rendah. Akibatnya, permintaan akan sejumlah barang komoditas mengalami penurunan yang relatif cukup tajam.

Dimana komoditas ekspor merupakan salah satu komponen yang ikut merasakan dampaknya. Berdasarkan prediksi InterCAFE pertumbuhan ekspor nonmigas tidak termasuk batubara pada tahun 2009 minus 3 persen. Perlambatan nilai ekspor bisa menjadi indikator goncangan bagi perekonomian Indonesia. Dibutuhkan kesigapan pemerintah dalam mengantisipasi hal tersebut, jika terlambat keterpurukan akan menghampiri negeri ini.

Stimulus dalam kebijakan fiskal bisa menjadi bagian dalam menggairahkan pasar ekspor Indonesia. Namun, kebijakan ini tidak semata-mata dapat menjadi jalan keluar dari perlambatan nilai ekspor. Jika permintaan tidak ada berapa pun stimulus fiskal tidak akan berpengaruh signifikan terhadap ekpor Indonesia.
Keresahan akan PHK jelas tergambar jika tren penurunan nilai rupiah kian santer terdengar. Dimana perlemahan nilai rupaih diakibatkan banyak investor asing yang menarik dananya dari Indonesia. Yang artinya nilai saham sejumlah perusahaan akan mengalami penurunan drastis. Dampak langsungnya ialah perusahaan menjadi kolaps dan ancaman PHK pun tidak dapat dihindari.

Penurunan nilai ekspor dan perlemahan nilai tukar rupiah merupakan indikasi awal penurunan IHSG. Dimana kedua komponen sebelumnya merupakan pemicu dari penurunan nilai IHSG. Tren penurunan IHSG dalam beberapa hari ini juga disebabkan oleh faktor lain, seperti penurunan indeks regional dan sejumlah negara besar lainnya. Kondisi tersebut menyebabkan para investor masih menunggu waktu yang tepat untuk berinvestasi.

Jika dana yang dimiliki oleh para investor tidak tersalurkan akan berakibat fatal bagi perekonomian Indonesia. Dimana perlambatan ekonomi kian terasa, yang bisa menyebabkan peningkatan angka pengangguran dan kemiskinan. Berdasarkan contoh tahun 2006 pertumbuhan ekonomi hanya 5,5 persen berhasil menurunkan angka pengangguran terbuka dari 11,2 persen (2005) menjadi 10,3 persen (2006). Sedangkan, tahun 2007 pertumbuhan ekonomi 2007 sebesar 6,3 persen menurunkan pengangguran terbuka menjadi 9,1 persen. Kondisi tersebut menggambarkan pertumbuhan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kenaikan dan penurunan angka pengangguran serta kemikinan.

Untuk itu, berbagai macam cara harus dilakukan pemerintah agar para investor baik asing maupun domestik tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Karena kenaikan investasi berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi.

Felix Wisnu Handoyo
Mahasiswa Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM
Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar