Selasa, 30 Juni 2009

Pemimpin Realistis dan Berdedikasi

Dimuat Harian Jogja

Selasa, 30 Juni


Kurang dari sebulan lagi Indonesia akan memilih pemimpin baru untuk masa bakti 2009-2014. Artinya, nasib bangsa ini akan ditentukan dengan munculnya sosok pemimpin baru yang menang dalam pemilu 8 juli mendatang. Untuk itu, masyarakat dituntut untuk menjadi pemilih yang bijak dan bertanggung jawab dalam menggunakan hak pilihnya.


Pemilih yang bijak dan bertanggung jawab merupakan pemilih yang mengetahui visi misi, tujuan, program kerja, dan cita-cita yang diperjuangkan calon presiden untuk Indonesia di masa baktinya. Menjadi pemilih yang bijak dan bertanggung jawab memang bukan perkara yang mudah. Pasalnya, pemilih harus mengetahui secara detail mengenai pasangan calon yang ada. Yang menuntut kepedulian pemilih dalam memerhatikan setiap kampanye dan debat yang melibatkan ketiga pasangan capres, dan cawapres.


Dalam pemilihan presiden mendatang ada beberapa masukan yang bisa dipersiapkan pemilih sebelum melakukan pencontrengan. Pertama, pemilih harus mampu menilai pasangan capres dan cawapres yang realistis. Maksudnya, janji-janji yang dipaparkan capres dan cawapres harus yang dapat direalisasikan. Berdasarkan pengalaman pemilu yang lalu, janji-janji pasangan capres dan cawapres hanya tinggal janji tanpa ada realisasi nyata dalam peningkatan perekonomian dan kesejateraan masyarakat.


Dalam menilai janji itu realistis atau tidak masyarakat dapat melihat dengan beberapa indikator, misalnya, angka kemiskinan, pembangunan infrastruktur, tingkat pengangguran, kestabilan harga, dan kemudahan mendapatkan akses pelayanan publik. Dimana beberapa indikator di atas memiliki sigerni yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Maka, janji yang realistis harus mencakup keseluruhan tanpa mengorbankan hal lainnya.


Kedua, pemilih harus memilih pemimpin yang memiliki dedikasi. Dimana pemimpin yang berdedikasi jika diartikan secara umum, yaitu pemimpin yang tegas, berwibawa, tanggap, dan berpengetahuan luas mengenai permasalahan yang menimpa negeri ini. Dengan memiliki dedikasi diharapkan pemimpin yang terpiliha nanti dapat menjalankan tugasnya seusai dengan janji-janjinya ketika kampanye. Dedikasi seorang pemimpin mutlak harus di miliki karena akan menentukan keefektivitasan kebijakan yang dikeluarkan.


Dalam memilih pemimpin berdedikasi masyarakat dapat menilai dengan indikator, seperti cara menjawab, cara menyampaikan gagasan, cara berinteraksi dengan masyarakat, serta sikap dari pasangan capres, dan cawapres selama masa kampanye. Dengan memilih pemimpin yang berdedikasi masyarakat Indonesia sudah tidak perlu khawatir dengan kemajuan bangsa. Pasalnya, mereka yang berdedikasi akan berjuang dengan segala upaya untuk membangun negeri ini menjadi lebik baik di masa kepemimpinannya.


Mempersiapkan diri dalam pemilihan presiden mendatang memang sangat dibutuhkan oleh para pemilik hak pilih. Pasalnya, keputusan dalam memilih salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden akan memberikan dampak yang luas bagi Indonesia setidaknya untuk lima tahun mendatang. Memang bukan perkara mudah menjadi seorang pemilih yang bijak dan bertanggung jawab. Namun, hal itu bukan mustahil dilakukan jika sikap kepedulian dan nasionalisme tertanam dalam masyarakat Indonesia.


Membangun Indonesia yang maju dan berjaya memang tidak bisa dilakukan oleh segelintir orang saja. Namun, dibutuhkan dukungan dari segenap komponen bangsa, mulai dari menjadi pemilih yang bijak, dan bertanggung jawab hingga memberikan sumbangsi melalui keahlian yang dimiliki masing-masing komponen bangsa. Maka, sudah waktunya Indonesia bangkit untuk menatap masa depan yang lebih cerah.

Senin, 22 Juni 2009

Dualisme Mahasiswa

Suara Merdeka
Sabtu, 20 Juni 2009

PEMBERLAKUAN Undang-undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) sejak awal tahun ini akan terasa dampaknya di tahun ajaran 2009/2010 dan sesudahnya. Dalam hal ini, dualisme mahasiswa tidak terelakkan lagi. Sebab, dengan sistem pendidikan yang diciptakan saat ini, memungkinkan mahasiswa menjadi terkotak-kotak.

Ada yang kaya dan kurang mampu, pintar dan kurang pintar, hingga yang borjuis dan proletar. Bisa dibayangkan apabila pada tahun ajaran mendatang hal itu benar-benar terjadi.

Dualisme mahasiswa pada dasarnya tidak bisa dihilangkan dari realita kehidupan perguruan tinggi (PT). Namun, dengan sistem pendidikan yang baik, kondisi demikian bisa disamarkan sehingga tak menyebabkan mahasiswa terkotak-kotak. Di mana persamaan perlakuan dan fasilitas dijunjung tinggi, tanpa membedakan status mahasiswa yang bersangkutan

Untuk mereduksi dampak negatif dari pemberlakuan UU BHP, ada beberapa hal yang harus dilakukan pihak kampus. Pertama, harus menjunjung tinggi persamaan di antara mahasiswa, tanpa membedakan status. Melalui cara ini, dualisme yang ada setidaknya dapat disamarkan atau dihilangkan.

Kedua, PT harus melakukan diversifikasi penerimaan dengan persentase yang sama, seperti jalur prestasi, jalur tidak mampu, hingga jalur bagi mahasiswa yang terbilang mampu. Cara ini bisa dikatakan sebagai subsidi silang, dengan tujuan memberi kesempatan bagi mereka yang kurang mampu untuk mengenyam pendidikan tinggi.

Ketiga, mengembangkan budaya profesionalitas dalam kegiatan belajar-mengajar. Tujuannya agar setiap mahasiswa memeroleh perlakuan sama dalam bidang pendidikan. Pasalnya, profesionalitas menuntut segenap civitas akademika menaati segala peraturan kampus.

Keempat, mengembangkan idealisme kolektif dalam lingkup civitas akademika. Maksudnya, setiap civitas wajib memperjuangkan cita-cita bersama dengan menjunjung tinggi kompetisi yang sehat. Pola ini dapat memberikan situasi pembelajaran yang kondusif, tanpa risau akan menjamurnya dualisme mahasiswa.

Senin, 15 Juni 2009

Belajar Berdemokrasi dari Amerika

Diterbitkan Harian Jogja
Selasa, 9 Juni 2009

Pesta demokrasi semakin dekat, dimana pada 8 Juli nanti akan diselenggarakan pemilu untuk menentukan presiden dan wakil presiden periode 2009-2014. Dimana dengan ditentukannya masa kampanye oleh KPU berarti genderang persaingan telah ditabuhkan. Sejak saat itu, ketiga pasangan capres dan cawapres kian sibuk dengan strategi dan persiapan kampanye guna menarik dukungan rakyat.

Perebutan RI-1 yang kian memanas membuat saling sikut antar pasangan capres dan cawapres tidak terelakan lagi. Dimana masing-masing pasangan akan mempromosikan programnya dan mengkritik program pesaingnya. Kondisi ini tidak jarang menimbulkan gesekan antar pasangan capres dan cawapres. Dalam mengatasi permasalahan tersebut Indonesia harus belajar dari penyelenggaraan pesta demokrasi di Amerika.

Beberapa bulan lalu, Amerika Serikat telah menyelenggara gelaran pesta demokrasi yang menobatkan Barrack Obama sebagai presiden. Dalam persaingan perebutan kursi keprsidenan Barrack Obama dan Mc. Cainn saling serang satu sama lain. Hal itu tampak dalam dialog terbuka yang melibatkan keduanya dan seorang moderator. Dimana Obama dengan dukungan partai demokrat berusaha meningkatkan peran pemerintahan, dengan memotong pajak bagi masyarakat kecil. Sedangkan, lawan politiknya mengemukakan pendapat yang berbeda, Mc Cainn berjuang agar pajak korporasi di turunkan agar produksi meningkat.

Dengan berbagai janji yang dilontarkan keduanya saling menjatuhkan lawan politiknya. Hal yang berkesan dalam penyelenggaraan pesta demokrasi di Amerika Serikat, yaitu ketika waktu pemungutan suara. Ketika mengetahui presiden yang terpilih Barrack Obama, Mc Cainn mengucapkan pertama kali selama kepada Obama. Dalam pidato pertamanya setelah pemilu diselenggarakan keduanya saling memuji satu sama lain. Sungguh pelajaran yang perlu dipetik Indonesia, dimana profesionalitasan sangat dijunjung tinggi. Dimana persaingan hanya terjadi ketika kampanye dan setelah kampanye semua kembali baik-baik saja.

Dalam membangun suatu demokrasi yang bersih, dan sehat sikap professional memang harus dijunjung tinggi. Dimana persaingan hanya terjadi dalam politik atau saat kampanye saja bukan mengarah kehal yang lain. Dengan cara ini demokrasi di Indonesia dapat menuju keranah yang lebih tinggi. Selain itu, kampanye yang santun dan mencerdaskan harus dijunjung tinggi. Melalui cara-cara kampanye yang anggun dan berdaya saing.

Menilik kembali Amerika Serikat, dalam penyelenggaraan kampanye Obama dan Mc Cainn melakukan dialog bersama. Di dalam sebuah ruangan masing-masing memaparkan program yang ditawarkan, dan dialog dengan peserta kampanye. Dengan pola semacam ini kultur intelektual terbangun dengan penyajian yang memesona setiap mata yang memandang.

Indonesia harus kembali belajar dari Amerika, dimana pengerahan masa bukan merupakan kampanye yang santun dan mencerdaskan. Pasalnya, akan banyak kerugian yang ditimbulkan, mulai dari kemacetan, polusi udara, kebisingan, hingga pertikaian antar masa pendukung. Maka, sudah saatnya elit politik Indonesia sadar bahwa kampanye harus dilakukan dengan santun dan menjunjung tinggi intelektualitas.

Dengan kampanye yang santun dan menjunjung tinggi inteletualitas diharapkan penyelenggaraan Pilpres yang bersih dan jurdil masih bisa tercapai. Dengan ikut melaksanakan peranannya masing-masing dengan baik, serta ikut menjaga situasi politik yang kondusif. Akhirnya, bisa memberikan kepuasan tertinggi atas pemilihan presiden yang akan diselenggarakan beberapa waktu lagi

Selain itu, dengan menjunjung sikap professionalitas dalam kampanye, penyelenggaraan pilpres kali akan benar-benat manjadi awal kebangkitan Indonesia menuju demokrasi yang bersih dan berdaya saing.

Rabu, 03 Juni 2009

Mencipta Pemimpin Muda Berkualitas Bagi Masa Depan Bangsa


Pergerakan sebuah bangsa tidak pernah terlepas dari upaya dan kerja keras dari kaum mudanya. Dimana segala kreativitas, inovasi, idealisme, dan integritas kian kental dalam jiwa-jiwa muda. Sedikit menilik sejarah Indonesia, peran kaum muda kian terasa dalam membawa bangsa ini keluar dari kenistaan para penjajah. Pada tahun 1908, muncul Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda (1928), Kemerdekaan Republik Indonesia (1945). Kemudian pergerakan pemuda pasca kemerdekaan, Peristiwa Malawi (1974), dan gerakan reformasi (1998), yang merupakan sejumlah deretan noktah sejarah pemuda yang menjadi bagian peradaban Indonesia. Hingga saat ini, peran dari kaum muda sangat dibutuhkan meskipun dengan cara-cara dan permasalahan yang berbeda.

Pengaruh kaum muda memang membawa angin segar bagi peradaban dan kemajuan bangsa ini. Dimana di bawah kepemimpinan jiwa-jiwa muda, Indonesia mulai menemukan jati dirinya dengan mampu terbebas dari penjajah masa itu. Namun, pergerakan pasca kemerdekaan terus mendidik Indonesia untuk terus dewasa melalui upaya-upaya yang dilakukan kaum muda. Dengan semangat yang begitu besar sudah selayaknya bangsa yang besar harus mampu menghargai dan membangun integritasnya dengan melibatkan kaum muda dalam pembangunan nasional.

Beranjak dari kontribusi kaum muda dalam membangun bangsa, ada hal penting yang perlu diperhatikan bahwa kepemimpinan kaum muda yang spektakuler tidak semata-mata timbul dari dirinya. Namun, dibutuhkan perhatian, kesigapan, dorongan, dan budaya yang mendukung kepemimpinan kaum muda. Dimana peran dari seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah sangat menentukan kualitas kaum muda, serta akan menentukan kemajuan bangsa di masa mendatang.

Kualifikasi Kaum Muda

Kualitas kaum muda memang sangat menentukan masa depan bangsa. Pasalnya, merekalah yang akan menjadi pemimpin bangsa di masa mendatang. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas kaum muda. Pertama, jenjang pendidikan yang ditempuh menentukan pola berfikir dari pemuda tersebut. Berdasarkan pengalaman sejarah pergerakan nasional yang diawali dengan Kebangkitan Nasional (1908), dimulai dari pemuda terpelajar. Dimana, Boedi Oetomo menjadi saksi atas pergerakan kaum muda Indonesia, yang merupakan awal dari kebangkitan bangsa.

Kedua, perilaku sosial yang miliki oleh kaum muda, seperti sikap idealis, nasionalis, ideologis, dan demokratis. Sikap semacam ini akan mempengaruhi pergerakan kaum muda dalam membangun bangsa. Layaknya yang terjadi dalam gerakan reformasi (1998), dimana pergerakan kaum muda, khususnya mahasiswa melakukan upaya menggulingkan pemerintahan yang otoriter. Pada masa itu, mahasiswa menuntut adanya reformasi dalam pemerintahan. Pergerakan yang dilakukan mahasiswa ketika itu dilatarbelakangi sikap demokratis. Dimana kekuasaan negara harus ditentukan oleh rakyat bukan penguasa dalam pemerintahan.

Kepemimpinan kaum muda harus mulai dikembangkan melalui proses-proses penempaan diri dengan dukungan berbagai pihak. Yang mana, akan memberikan sumbangsi bagi kaum muda untuk terus berkarya dalam membangun bangsa. Gelora akan kemimpinan kaum muda memang akan menemui babak baru dalam sejarah Indonesia. Dimana pendidikan dan perilaku sosial akan memberikan dampak yang signifikan dalam menentukan arah pergerakan bangsa. Untuk itu, kualifikasi atas kedua hal tersebut perlu diperhatikan untuk menciptakan pemuda bangsa yang berkualitas.


Tantangan Kaum Muda

Kualifikasi merupakan salah satu bentuk menciptakan pemuda yang tangguh, berwibawa, bertanggung jawab, dan cinta tanah air. Namun, hal itu belum cukup membentuk pribadi yang kokoh bagi kaum muda, yang kecenderungan memiliki emosional yang masih labil. Untuk membentuk pribadi yang kokoh bagi kaum muda diperlukan system atau cara mendidik melalui pengalaman langsung di lapangan. Dimana tantangan merupakan langkah selanjutnya untuk menguji kemampuan kaum muda dalam mengatasinya.

Bagi sebagian orang tantangan dianggap sebagai masalah yang harus di hindari. Namun, bagi sebagian besar kaum muda tantangan merupakan uji kemampuan diri sebagai upaya mengaktualisasikan diri. Sayangnya, tidak semua pemuda mampu mengatasi tantangan dalam hidupnya. Akibatnya, hanya sebagian orang saja yang mampu mencapai keberhasilan ketika masa mudanya sehingga dapat berkontribusi bagi bangsa.

Tantangan dapat diklasifikasikan dalam beberapa hal, yang mana menuntut penyelesaian yang berbeda-beda. Pertama, globalisasi pengetahuan, informasi, transportasi, bisnis, dan hiburan. Hal semacam ini yang membutuhkan inovasi dan kreativitas kaum muda dalam menanggapi serta mengatasi permasalahan yang ada. Dimana gairah dan semangat yang meledak-ledak dari pemuda terkadang membuat mereka tidak mampu mengatasi tantangan ini. Dampaknya sebagian besar dari mereka terseret dalam jurang permasalahan yang sangat dalam.

Kedua, oligarki kekuasaan dalam pemerintahan yang masih dikendalikan oleh tokoh lama (kaum tua). Kecenderungan tokoh lama (tua) berkuasa masih menjadi momok yang menakutkan bagi perkembangan generasi muda. Dimana dominasi kaum tua masih erat dan mengakar dalam pemerintahan. Sebuah tantangan besar bagi kaum muda untuk menggeser kaum tua dari kewenangannya memimpin bangsa ini. Tantangan kedua ini memang terbilang sulit dihadapi. Pasalnya, budaya, kebiasaan, dan karakter dari masyarakat yang mendahulukan kaum tua membuat kaum muda menjadi segan. Akibatnya, peran anak muda dalam membuat perubahan dan pergerakan serta inovasi baru selalu mengalami gangguan.

Ketiga, kaum kapitalis kian merajalela di dunia ini, tidak terkecuali di Indonesia. Banyaknya kaum kapitalis yang berjaya menambah deretan panjang kesengsaraan bagi sebagian besar masyarakat. Dimana kepemilikan modal hanya dimiliki oleh sebagian kecil orang. Artinya bentuk pemerataan pendapatan dan keadilan sosial belum tampak. Kondisi menjadi bagian yang harus diperjuangkan kaum muda agar pemerataan dan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Dibutuhkan pergerakan yang bersifat konstruktif dalam menanggapi permasalahan tersebut.

Keempat, munculnya budaya saling sikut satu dengan yang lainnya. Persaingan yang semakin ketat membuat semua lapisan masyarakat tidak terkecuali elit politik saling sikut satu sama lain. Upaya tersebut dilakukan agar dapat menang dalam kompetisi, baik yang sifatnya nasional maupun global. Kesalahan paradigma akan artinya persaingan membuat orang melakukan apa saja agar dapat menang. Namun, kondisi ini merupakan tantangan bagi kaum muda untuk membangun paradigma baru dalam dunia persaingan. Dimana seharusnya persaingan membuat seseorang lebih kompetitif, bukan malah menciptakan budaya negative.
Keempat hal di atas merupakan langkah awal dalam menguji kaum muda setelah kualifikasi yang telah ditetap sebelumnya. Dimana tantangan merupakan tahapan selanjutnya bagi kaum muda untuk membentuk pribadi yang utuh. Harapannya, agar mampu menjadi generasi penerus yang berdaya saing, bertanggung jawab, inovatif, tenang, dan bijaksana dalam menentukan penyelesaian atas masalah yang ada.

Mencetak pribadi yang kokoh memang tidak bisa dilakukan secara instan. Pasalnya membutuhkan langkah-langkah yang harus dijalani dan dilewati. Sebab proses penempaan akan memberikan pengalaman, dan pelajaran bagi pemuda sehingga mampu mengatasi permasalahan bangsa di masa mendatang. Gairah kaum muda yang terbilang meledak-ledak akan menjadi boomerang bagi dirinya jika tidak mampu mengendalikannya. Untuk itu, tantangan kaum muda yang diklasifikasikan di atas sebagai bentuk pembelajaran sebelum menjadi pemimpin bangsa di masa mendatang.

Berani Memanfaatkan Peluang

Perjalanan panjang masih harus dilewati agar mampu menjadi generasi penerus yang tangguh. Setelah kualifikasi dan tantangan, selanjutnya yang harus diperhatikan ialah kecekatan dari pemuda untuk berani melihat dan memanfaatkan peluang yang ada. Jiwa muda yang terbilang masih labil bisa menjadi kekuatan besar untuk berani menentukan langkah, dengan memanfaatkan setiap peluang.

Peluang secara umum dapat diartikan sebagai sikap dari seseorang yang mampu memanfaatkan kelebihannya secara maksimal demi tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut sosok pemudalah yang biasa menjadi aktor utama. Dimana dengan segala keahliannya, dan talenta yang dimiliki semakin menambah gairah untuk dikembangkan. Keunggulan yang dimiliki kaum muda bisa menjadi ujung tombak untuk menumbuhkan pemimpin muda yang berkualitas dalam membangun bangsa.

Berani memanfaatkan peluang berarti berani membuka diri untuk berusaha menggali potensi, kemampuan, dan talenta yang dimiliki untuk mengoptimalkannya, demi mencapai tujuan tertentu. Dimana pengembangan atas hal ini merupakan suatu bentuk membangun sisi positif dari kaum muda. Kelebihan yang milikinya ialah produktivitas dan usia harapan hidup yang terbilang cukup tinggi. Maksudnya, kaum muda memiliki keunggulan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan kaum tua. Sedangkan, kecenderungan harapan hidup sangat tinggi, dimana pada usia yang masih belia sangat di mungkinkan untuk hidup lebih lama dibandingkan kaum tua.

Selain itu, pemanfaatan peluang dapat dilihat dari sisi modernisasi sistem pengetahuan, dan informasi publik. Pola ini membutuhkan kecepatan dan kecakapan dari kaum muda dalam menerima sebuah berubah, dan perkembangan dunia yang selalu dinamis. Kemudahan dalam menerima hal yang baru menjadi keuntungan bagi kaum muda untuk mengembangkan kemampuan demi meraih tujuannya. Dimana kecepatan dan kecakapan menjadi kunci utama yang membuat kaum muda lebih unggul dari kaum tua.

Perkembangan modernisasi sistem pengetahuan dan informasi publik menjadi kompetensi dari kaum muda untuk pengembangan diri. Pasalnya, setiap perubahan akan memberikan peluang yang bisa dimanfaatkan oleh kaum muda untuk dikembangkan. Yang pada akhirnya akan membawa dirinya menjadi pribadi yang kokoh dalam perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini.

Kemampuan kaum muda dalam memanfaatkan segala kemampuannya akan menciptakan peluang bagi keterlibatannya yang lebih besar, guna menggeser jabatan publik yang cenderung dikuasai kaum tua. Pola ini bisa menjadi senjata ampuh bagi kaum muda dalam meningkatkan kontribusinya bagi negara. Meski begitu, diperlukan kerja keras dan kemauan lebih dari generasi muda agar mampu menjadi pemimpin bangsa yang berkualitas di masa mendatang.

Gelora yang diciptakan kaum muda bisa menjadikan persaingan kian ketat dalam upaya menciptakan bibit unggul yang berkualitas. Yang akan membawa bangsa ini keluar dari keterpurukan yang panjang. Dengan mampu memanfaatkan peluang yang ada melalui pengembangan bakat, kemampuan, dan talenta yang dimilikinya. Demi terciptanya kepemimpinan muda yang akan membawa Indonesia kembali pada masa kejayaannya.


Membutuhkan Dukungan Berbagai Pihak

Keberhasilan dalam menciptakan kemimpinan muda yang diidam-idamkan,memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak. Dimana peranserta keluarga, masyarakat, dan pemerintah ikut menentukan pembentukan sosok pemuda yang kokoh. Untuk itu, pembangunan infrastruktur bagi kaum muda menjadi hal penting bagi perkembangan kepribadiannya.

Pembangunan infrastruktus bagi kaum muda diperuntukan sebagai sarana pengembangan bakat dan talenta yang dimilikinya. Pembangunan infrastruktur ini meliputi, ruang publik bagi kaum muda, ruang dialog, sarana olahraga, dan wadah organisasi kepemudaan. Dalam hal ini peran pemerintah dimungkinkan memiliki andil yang cukup besar. Pasalnya, pembangunan infrastruktur ini memakan biaya yang cukup besar. Sedangkan, peran keluarga, dan masyarakat lebih kearah pembentukan karakter dengan menciptakan budaya, dan situasi yang kondusif bagi kemajuan jiwa muda.

Pengembangan kaum muda melalui pembangunan infrstruktur dimaksudkan sebagai sarana aktualisasi diri. Dimana, ruang publik digunakan sebagai sarana menjalin hubungan relasi dan sosial dengan sesamanya. Ruang dialog bertujuan menumbuhkan budaya diskusi bagi kaum muda, terutama dalam penyelesaian masalah bangsa. Sarana olahraga diharapkan menciptakan pemuda yang tidak hanya pintar saja, tetapi juga sehat secara jasmani dan rohani. Sedangkan, pembentukan organisasi kepemudaan diharapkan sebagai sarana pembentukan bakat-bakat kaum muda guna mempersiapkan dirinya sebagai generasi dan pemimpin bangsa dimasa mendatang.

Dalam menciptakan pemimpin muda yang berkualitas dan menjadi idaman, memang bukan perkara yang mudah. Dukungan dari berbagai pihak ikut memberikan sumbangsi yang besar bagi terwujudnya pemimpin muda yang diidamkan. Berdasarkan penelusuran yang telah dipaparkan diatas, membentuk pribadi muda yang berkualitas diperlukan proses dan tahapan yang sistematis. Dimana mampu membentuk pola yang bisa mendukung perkembangan kepribadian kaum muda.

Dengan berbagai tantangan yang ada, sistem yang diberlakukan diharapkan bisa menjadi kunci suksesnya membangun pribadi yang kokoh. Melalui pola dan budaya yang selaras akan membentuk karakter pemuda yang berkualitas.

Pemimpin bangsa merupakan pemimpin atas seluruh rakyat dalam negeri tersebut. Yang artinya akan membawahi jutaan hingga ratusan juta manusia. Untuk itu, kesiapan seorang pemimpin merupakan kunci sukses bagi kesejahteraan rakyatnya. Artinya kesiapan pemimpin muda harus dimatangkan agar mampu membawa kemajuan bangsanya di masa mendatang. Penempaan dan proses yang panjang dalam pembentukan kepribadian yang akan ikut menentukan keberhasilan pemimpin muda dalam membangun bangsanya. Perjuangan kaum muda masih panjang teruslah berjuang demi negeri tercinta, demi masa depan yang cerah.