Rabu, 15 Juli 2009

Membangun Sikap Kritis Pascapemungutan Suara

Dimuat Seputar Indonesia
Tuesday, 14 July 2009


PENYELENGGARAAN pemilihan presiden yang telah berlangsung beberapa hari yang lalu terbilang sukses kendati masih diwarnai berbagai masalah,baik mengenai daftar pemilih tetap (DPT) maupun pembakaran kantor KPU di Papua.

Kondisi tersebut diharapkan tidak mengurangi keabsahan hasil pemungutan suara yang telah berlangsung. Pada 8 Juli 2009 lalu, hampir serentak di seluruh penjuru negeri, warga Indonesia melakukan pencontrengan. Hanya di beberapa daerah saja yang telat melakukan pencontrengan akibat terkendala distribusi logistik.

Namun,secara keseluruhan iklim demokrasi berhasil diciptakan dengan terciptanya situasi yang kondusif.Terlepas dari perdebatan mengenai rasionalitas masyarakat, pilpres telah terbukti berjalan dengan lancar tanpa pertumpahan darah. Saat-saat pasca pemungutan suara memang merupakan situasi yang rentan akan terjadinya bentrokan, baik antarkader maupun antarsimpatisan dari pasangan capres dan cawapres.

Maka, dibutuhkan sikap bijak dari segenap komponen masyarakat agar tidak terpancing dengan isu-isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan,yaitu dengan ikut menjaga dan mengawasi perhitungan suara manual yang dilakukan KPU kendati berbagai lembaga survei telah mengumumkan hasil perhitungan cepatnya yang menghantarkan pasangan SBY-Boediono menjadi pemenang dalam pilpres kali ini.

Kemenangan yang diperoleh pasangan SBY-Boediono masih bersifat sementara. Pasalnya,KPU sebagai penyelenggara resmi pemilu belum mengumumkan hasil pemungutan suara yang dilakukan beberapa waktu lalu. Masih membutuhkan perhatian dari segenap pihak agar penghitungan manual yang dilakukan KPU berjalan dengan lancar.

Harapannya agar tidak terjadi kecurangan, terutama dalam penggelembungan suara bagi pasangan capres dan cawapres tertentu. Pengawasan itu hanya dapat dicapai dengan membangun sikap kritis dalam menjaga keabsahan hasil pemungutan suara yang telah berlangsung.

Membangun sikap kritis pascapemungutan suara dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, ikut terlibat dalam pengawasan penghitungan suara di wilayah tempat tinggal pemilih.Pasalnya,kecurangan sering terjadi saat pemungutan suara dan penghitungan di TPS. Untuk yang satu ini tampaknya masyarakat sudah cukup memiliki kesadaran yang dapat kita lihat pada hari pencontrengan kemarin.

Kedua, adanya sikap sportif dari kader dan simpatisan dalam menanggapi hasil pilpres. Maksudnya, agar tidak terjadi kericuhan saat dan pascapenghitungan suara. Ketiga, perlu adanya sikap kebersamaan dari kader dan simpatisan masing-masing dalam mengawal penghitungan suara hingga ke pusat tabulasi suara.

Langkah ini bertujuan untuk memastikan keabsahan dari penghitungan suara yang telah dilakukan di tiap tingkat di daerah. Sikap kritis dalam menjaga hasil pilpres perlu dilakukan agar penyimpangan atau kecurangan yang dapat merugikan pasangan capres dan cawapres dalam menuai suara dapat diminimalkan.

Selain itu, sikap semacam ini juga ikut memberikan pendidikan politik bagi masyarakat dalam menciptakan demokrasi yang jujur,bersih,damai,dan adil. Hal itu akan membawa Indonesia selangkah lebih maju dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang dicita-citakan.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar