Rabu, 13 Mei 2009

Jangan Biarkan Pejuang Bangsa Bergerak Sendirian

Dimuat Harian Jogja
Selasa, 12 Mei 2009


Adanya unsur keterlibatan ketua KPK dalam kasus pembunuhan penuh dengan muatan politik. Pasalnya, belum ada keterangan pasti dari pihak kepolisian mengenai dugaan keterlibatan Antasari Azhar dalam penetapannya sebagai tersangka. Selain itu, masih banyaknya rumor yang beredar dimasyarakat semakin menambah muatan politis dibalik penangkapannya.
Adanya unsur politis yang menyelimuti penetapan ketua KPK sebagai tersangka memang tidak terlepas dari prestasi yang ditorehkan oleh Antasari Azhar semasa kepemimpinannya. Dimana sejumlah kasus korupsi telah dibongkar dengan lugas dan tegas, baik yang melibatkan pejabat daerah maupun pejabat tinggi. Maka tidak heran jika banyak para koruptor yang bersorak gembira saat mendengar ketua KPK ditetapkan sebagai tersangka.
Yang menjadi pertanyaan saat ini apakah pemilihan pejabat, khususnya Antasari Azhar sebagai tindakan yang keliru? Dikatakan keliru dalam pemilihan pejabat apabila yang bersangkutan tidak menjalankan tugasnya dengan benar. Sedangkan, ketua KPK Antasari Azhar telah melaksanakan tugasnya dengan baik, dalam mengungkap sejumlah kasus korupsi. Namun, yang menjadi masalah saat ini ialah banyaknya konspirasi politik yang terjadi di negeri ini.
Dimana para koruptor yang kasusnya belum terungkap berusaha menjatuhkan ketua KPK, melalui skenario yang terbilang sangat rapi. Jelas tujuannya agar KPK tidak lagi beroperasi, yang pada akhirnya akan menghambat pengungkapan kasus korupsi lainnya. Jika dianalogikan bahwa seorang pahlawan akan menghadapi banyak musuh, layaknya ketua KPK hanya satu tetapi harus menghadapi banyak penjahat korupsi. Kondisi ini memang bukan hal yang menguntungkan bagi siapapun yang menjabat sebagai ketua KPK.
Kasus pembunuhan yang menyeret Antasari Azhar merupakan sebuah konsekuensi yang harus ditanggungnya sebagai ketua KPK. Menjabat sebagai pahlawan bangsa memang bukan perkara yang mudah. Pasalnya, pasti akan banyak rintangan dan tantangan yang bisa kapan saja mengarahkan dirinya dalam masalah yang sulit hingga konsekuensi kematian.
Dalam kasus pembunuhan yang melibatkan Antasari Azhar sebagai tersangka, ada beberapa hal yang bisa ditarik sebagai pelajaran. Pertama, menjadi seorang pahlawan bukan perkara yang mudah. Dimana pasti ada pihak yang tidak suka dan berusaha menjatuhkannya. Untuk itu, butuh kepasrahan dan ketegaran hati jika ingin menjadi seorang pahlawan bangsa.
Kedua, kasus ini menggambarkan bahwa Indonesia jauh dari negara yang bersih dan kedewasaan politiknya masih dipertanyakan. Pasalnya, masih banyak konspirasi antar politisi, pengusaha, dan mereka berkepentingan untuk berusaha menjatuhkan institusi yang bertindak sebagai poros tengah.
Ketiga, belum ada dukungan bagi instansi yang bergerak sebagai poros tengah. Dukungan yang minim membuat KPK seolah berjalan sendirian dalam menghadapi setiap permasalahannya. Hal itu jika dibiarkan bisa membuat instansi apapun dinegeri ini yang bergerak sebagai poros tengah akan mudah goyah. Pasalnya, yang dihadapinya bukan perkara yang kecil tetapi telah merambah pada perkara yang besar.
Perjalanan panjang dan berliku masih harus dijalani oleh para pejabat negara yang bertindak sebagai poros tengah. Dimana gangguan atas keselamatan dirinya dan keluarga menjadi konsekuensi yang harus diterimanya. Menanggapi hal itu seharusnya pemerintah dan masyarakat memberikan dukungan berupa moril dan materil bagi instansi poros tengah. Jangan sampai bangsa ini dikatakan sebagai negeri yang tidak pernah mengenal balas budi atas kerja keras para pejuang kebenaran.
Ungkapan dukungan moril dan materil bukan berarti harus memihak poros tengah, tetapi ikut membantu mengungkap kebenaran atas kasus yang menimpanya. Jangan sampai mereka yang menjadi poros tengah harus tenggelam karena skenario yang menjebak mereka dalam kondisi sulit. Dan para pejuang kebenaran harus mati karena jebakan yang menimpa dirinya. Yang akhirnya, kebenaran tidak akan pernah terungkap.
Untuk menjadi bangsa yang besar harus mampu menghargai perjuangan para pejuang kebenaran, dengan tetap memberikan dukungan baik moril maupun materil. Dengan demikian, pejuang poros tengah tidak akan berjuang sendirian dan kebenaran akan terungkap.


Felix Wisnu Handoyo
Mahasiswa Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM
Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar