Rabu, 11 Maret 2009

Keengganan Menurunkan Suku Bunga

Seputar Indonesia
Selasa, 10 Maret 2009


Beberapa hari yang lalu Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin. Kebijakan tersebut sempat menggairahkan pasar saham domestik dengan ditandainya kenaikan harga sejumlah saham unggulan. Namun, kegembiraan tersebut tidak diikuti dengan penurunan suku bunga perbankan.

Kebijakan BI yang menurunkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin merupakan upaya mengatasi keketatan likuiditas. Hal itu karena sentimen negatif dari pasar keuangan yang kian mempengaruhi perekonomian domestik. Dimana sejumlah lembaga keuangan dunia mengalami kerugian. Akibatnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang semakin melambat dari perkiraan sebelumnya.

Ketakutan akan pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin melambat di indikasikan oleh laporan BPS yang menyebutkan nilai ekspor januari 2009 anjlok 17,7 persen, terhadap desember 2008. Untuk itu, BI juga ikut menurunkan level pertumbuhan ekonomi dari 4,5 persen menjadi 4 persen.

Pasar saham domestik memang sempat bergairah akibat penurunan suku bunga acuan oleh BI. Sayangnya upaya tersebut tidak lantas membuat perbankan menurunkan suku bunganya maka keketatan likuiditas masih terjadi. Ada beberapa yang menyebabkan perbankan masih mempertahankan tingkat suku bunga yang tinggi.
Pertama, biaya investasi atau kredit yang semakin mahal sehingga tingkat suku bunga perbankan relatif tetap meskipun BI saat ini sudah turun kelevel 7,75 persen. Ketakutan semacam ini disebabkan adanya ketidakpastian dari ekonomi global sehingga perbankan masih enggan menurunkan suku bunganya.

Kedua, ketakutan dari perbankan akan perekonomian domestik yang semakin melambat. Hal ini ditandai dengan penggangguran dan kemiskinan yang meningkat tajam. Perlambatan perekonomian inilah yang menyebabkan perbankan menginginkan yield (imbal hasil) yang besar. Upaya semacam ini dilakukan agar pemberian kredit dilakukan dengan hati-hati sehingga NPL (non performing loan) tidak meningkat.

Ketiga, hilangnya kepercayaan dari perbankan dalam menyalurkan dana segarnya. Krisis kepercayaan mewarnai kondisi saat ini dimana perbankan sangat berhati-hati dalam menggunakan dananya. Pasalnya, kesalahan dalam mengambil keputusan dapat berakibat fatal mengingat kondisi perekonomian yang semakin tidak menentu.

Ketiga hal tersebut merupakan alasan mengapa perbankan enggan dalam menurunkan suku bunganya. Dimana unsur kehati-hatian masih menyelimuti perbankan domestik dalam menyalurkan dananya. Akibatnya investasi dalam negeri relatif tidak bergerak. Jika kondisi ini berlangsung terus-menerus maka great depression akan segera menghampiri negeri ini.

Untuk itu, dibutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah dan perbankan agar tercipta kesinergisitasan diantara keduasnya. Pasalnya, kebijakan akan efektif jika semua komponen ikut terlibat di dalamnya. Keengganan perbankan dalam menurunkan suku bunganya menjadi contoh konkret kegagalan pemerintah dalam meyakinkan perbankan. Dampaknya keketatan likuiditas tetap terjadi meskipun suku bunga acuan telah turun drastis.



Felix Wisnu Handoyo
Mahasiswa Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM
Yogyakarta

1 komentar: