Kamis, 27 Agustus 2009

Sosialisasi Penggunaan Kondom Dalam Industri Seks Komersial

Hubungan intim yang dilakukan sepasang kekasih dalam memenuhi hasrat biologisnya merupakan hal wajar. Sebagai makhluk individu dan sosial manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan, baik yang sifatnya spiritual hingga biologis. Kebutuhan yang beraneka ragam tersebut menuntut pemenuhan untuk mencapai kepuasan tertentu. Salah satunya ialah kebutuhan biologis sebagai kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Di mana kebutuhan ini menyangkut hubungan antar sepasang kekasih yang tidak hanya melibatkan hasrat seksual tetapi juga melibatkan seluruh perasaan, dan bentuk cinta terhadap pasangannya.

Bagi sebagian besar orang hubungan intim merupakan tindakan yang sakral, dengan melibatkan campur tangan sang pencipta terutama dalam penciptaan keturunan. Namun, bagi sebagian orang lainnya, hubungan intim merupakan tindakan yang biasa dilakukan antara pria dan wanita dalam upaya melampiskan hasrat seksualnya. Pandangan yang berbeda atas pemaknaan hubungan intim memunculkan pro dan kontra atas hubungan intim.

Pengertian yang berbeda atas hubungan intim memberikan nuansa bagi perkembangan dan pemikiran masyarakat. Yang mana penerapan atas pengertian hubungan intim diserahkan kepada masing-masing individu. Seiring perkembangan zaman yang serba modern dan masuk budaya barat ke Indonesia ikut memberikan sumbangsi atas perkembangan budaya seksual. Yang membawa Indonesia ke arah perubahan struktur sosial yang serba bebas dan terbuka sehingga memiliki kecenderungan memahami hubungan intim sebagai pelampiasan hasrat seksual, terutama bagi kaum muda.

Pergeseran struktur sosial yang serba bebas dan terbuka mengarahkan Indonesia dalam jurang masalah yang cukup luas. Di mana seiring berkembangnya budaya kebebasan mengarahkan masyarakat Indonesia, khususnya remaja kepada hubungan seks bebas. Yang ditunjang dengan peredaran video mesum di masyarakat yang semakin merajalela. Akhirnya, perilaku sosial yang semakin berubah mengarahkan seks bebas pada bisnis penjaja seks yang terkadang melibatkan remaja sebagai pelaku.

Pergeseran nilai budaya membuat tindakan menjajakan seks sebagai suatu bentuk sensasi, mencari kepuasaan hingga yang bermotif ekonomi. Yang artinya akan berkembang pesat seiring pengaruh perubahan struktur sosial yang berkembang di masyarakat. Kondisi ini pada level yang lebih tinggi akan mengarah pada tindakan prostitusi, yang melibatkan pelanggan, penjual, dan perantara. Di mana pola semacam ini akan membentuk lokalisasi prostitusi, yang tidak hanya sebagai lahan pemuas hasrat seksual juga menjadi lahan bisnis.

Munculnya lokalisasi prostitusi sebagai akibat dari munculnya modernisasi, yang menitikberatkan pada permasalahan sosial lainnya. Dengan mulai bermunculan lokalisasi prostitusi menggambarkan bahwa pemenuhan atas nafsu seksual semakin tinggi. Di mana permintaan akan pelayanan dari penjaja seks terus mengalami peningkatan. Yang didasari atas berbagai kesenangan, gengsi hingga kemewahan ditawarkan dalam bisnis prostitusi.

Keuntungan sesaat seakan menjadi magnet yang kuat sehingga mampu melibatkan banyak orang dalam praktik kegiatan prostitusi. Mulai dari mucikari, penjaja seks, hingga pelanggan yang menikmati layanan seksual. Perkembangan yang pesat dalam dunia prostitusi juga tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang menjerat penjaja seks. Dengan dibantu oleh mucikari sebagai perantara memudahkan penjaja seks mendapatkan pelanggan. Atas dasar saling menguntungkan satu sama lain menjadi dasar berkembangnya secara pesat dunia prostitusi.

Perkembangan yang pesat pada dunia prostitusi diimbangi pula oleh peningkatan penularan penyakit menular seksual. Dimana pengaruh gonta-ganti pasangan inilah yang menjadi pangkal masalah munculnya penyakit menular seksual. Salah satu penyakit yang mengerikan dan sangat mematikan ialah HIV merupakan virus yang menyebabkan Aids. Dimana Aids sendiri merupakan sindroma menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan HIV, sehingga tubuh tidak dapat memerangi penyakit. Tren itulah yang kini merebak dalam lingkup lokalisasi prostitusi akibat dari gonta-ganti pasangan ketika melakukan hubungan seksual.

Memerangai PMS pada lokasisasi Prostitusi

Penyakit menular seksual yang terjadi dalam lokalisasi prostitusi merupakan dampak negatif yang ditimbulkan akibat aktivitas seksual yang serba bebas. Ditandai dengan sedikitnya pelaku seks yang penggunaan alat pengaman seksual yang aman (kondom). Minimnya penggunaan kondom dalam industri prostitusi dinilai sebagai penyebab penyebaran penyakit menular seksual secara cepat. Berdasarkan buku yang berjudul “10 Langkah Mengembangkan Kebijakan Publik: Mencegah Penularan HIV/AIDS di Lingkungan Seks Komersial”, menyebutkan bahwa diperkirakan ada 190-270 ribu pekerja seks dengan 7-10 juta lelaki menjadi pelanggannya. Yang mana lebih dari 50% pelanggan lelaki memliki pasangan tetap atau berstatus kawin. Ironinya, penggunaan alat pengaman seksual seperti kondom tidak mencapai 10%. Artinya penyebaran penyakit menular seksual sangat mudah berkembang dan menjangkit setiap pelaku seks komersial.

Kesadaran para pelaku seks komersial yang sangat rendah dalam penggunaan kondom disinyalir menjadi penyebab penularan penyakit seksual merebak dengan cepat. Bisa dibayangkan apabila seorang penjaja seks yang mengidap PMS (Penyakit Menular Seksual) melayani pelanggannya tanpa kondom, maka penularan penyakit akan terjadi. Dalam kondisi yang berbeda penularan penyakit kembali terjadi apabila pelanggan tersebut melakukan hubungan intim dengan istrinya di rumah. Akibatnya, penularan penyakit seksual akan terus meminta korban saat berhubungan seksual atau adanya hubungan yang menyebabkan terjadinya pertukaran cairan tubuh dengan penderita.

Penyakit menular seksual akan semakin merebak apabila kesadaran dari pelaku seks komersial yang rendah atas penggunaan kondom. Untuk memerangi PMS dalam industri prostitusi penggunaan kondom sebagai alat pengaman seksual menjadi hal yang mutlak. Pasalnya, kondom merupakan alat pengaman seksual yang berbahan lateks tidak berpori dapat mencegah terjadinya pertukaran cairan ketika berhubungan seksual. Selain sebagai alat pengaman, penggunaan kondom juga bisa memberikan kenikmatan lebih saat berhubungan intim, dengan pelicin, serta aroma dan bentuk yang beragam. Untuk itu, sosialisasi dalam penggunaan kondom dalam industri seks komersial harus terus dan gencar dilakukan agar penyebaran PMS yang lebih meluas dapat dicegah.

Sosialisasi Penggunaan Kondom

Pada dasarnya penularan penyakit seksual merupakan sisi negatif dari berkembangnya seks komersial. Hal itu disebabkan oleh minimnya penggunaan kondom saat berhubungan seksual antara penjaja seks dengan pelanggannya. Berdasarkan data yang dihimpun dari komisi penanggulangan AIDS Nasional 2002, mencatat jumlah rawan tertular HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan 13-20 Juta orang, dengan 90.000-130.000 orang positif terinfeksi HIV/AIDS. Selain itu, dengan sumber yang sama dari survei perilaku di beberapa kota di Indonesia menunjukkan lebih dari separuh lelaki dengan mobilitas tinggi membeli jasa seks setahun terakhir. Kondisi ini menggambarkan betapa mengerikan penyebaran penyakit menular seksual, terutama HIV/AIDS dalam industri seks komersial.

Untuk mengatasi penyebaran PMS dalam industri seks komersil diperlukan sosialisasi untuk menyadarkan pelaku seks komersil dalam penggunaan kondom saat berhubungan seksual. Hal itu tidaknya bertujuan sebagai pelindung diri, yang juga dapat mengurangi laju penularan penyakit seksual. Dalam melakukan sosialisasi penggunaan kondom pada industri seks komersil diperlukan strategi yang tepat agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Tabel dibawah ini menggambarkan pola sosialisasi penggunaan kondom dalam seks komersil dengan tujuan akhir penggunaan 100% kondom pada lokalisasi prostitusi / seks komersial.

Target dan Sasaran

Riset dan Pengolahan Data

Penentuan Strategi

Menggali Dukungan

Media Massa

Masyarakat

Pemerintah

Penggunaan Kondom 100% Pada Lokalisasai Prostitusi

Sumber: Penulis

Penentuan strategi dalam sosialisasi penggunaan kondom merupakan langkah awal yang perlu dilakukan. Dimana penentuan strategi terbagi menjadi dua hal, yaitu penentuan target dan sasaran, dan melakukan riset dan pengolahan data. Keduanya menjadi dasar dari pengembangan sosialisasi pengunaan kondom pada lokalisasi prostitusi. Selanjutnya, agar program ini dapat berjalan sesuai dengan target maka diperlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti media, pemerintah, dan masyarakat. Peran media dalam upaya sosialisasi ini ialah memberitakan hal-hal yang terkait dengan manfaat dan kelebihan menggunakan kondom saat berhubungan intim.

Sedangkan, pemerintah dan masyarakat ikut berperan dalam menyadarkan pelaku seks komersial akan pentingnya penggunaan kondom saat berhubungan intim dengan pelanggannya. Peran pemerintah lainnya yang dirasa perlu, yaitu menyediakan kondom gratis, pemeriksaan kesehatan rutin kepada penjaja seks, dan melakukan pemetaan atas perkembangan industri seks komersial agar penyebaran PMS dapat dikontrol. Melalui program ini diharapkan penggunaan 100% kondom dalam industri seks komersial dapat tercapai dengan baik dan tepat sasaran.

Upaya pencegahan atas penyebaran PMS dalam seks komersial melalui sosialisasi penggunaan kondom dirasa sebagai tindakan yang tepat. Pasalnya, perkembangan industri seks komersil telah mampu memberikan penghidupan bagi mereka yang terjun di dalamnya. Sangat tidak bijak apabila penanganan atas masalah tersebut dilakukan dengan memberantas peredaran industri seks komersial. Untuk itu, penggiatan atas sosialisasi penggunaan kondom dalam seks komersil harus terus dilakukan guna mencegah laju penyebaran penyakit seksual.


Felix Wisnu Handoyo

Mahasiswa Ilmu Ekonomi

FEB, UGM

Rabu, 26 Agustus 2009

Indonesia Belum Merdeka Sepenuhnya


Pada tanggal 17 Agutus 2009 lalu, Indonesia telah menikmati kemerdekaan selama 64 tahun. Ketika itu, Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan republik Indonesia dari tangan penjajah. Yang sekaligus mengahantarkan Indonesia masuk dalam gerbang perubahan besar pasca proklamasi. Hal itulah yang tergambar 64 tahun yang lalu.

Namun, saat ini ditengah gejolak ekonomi, sosial, dan politik; Apakah Indonesia telah merdeka seutuhnya? Memang secara De Jure Indonesia telah di akui sebagai negara yang merdeka dan berdaulat dengan segala kekayaan yang dimilikinya. Keadaan itu berbeda jika di pandang secara De Facto, Indonesia tidak sepenuhnya merdeka. Pasalnya, belenggu kemiskinan, pengangguran, terorisme, dan kesenjangan sosial masih melekat dalam masyarakat Indonesia. Kondisi ini secara jelas mengungkapkan bahwa secara kenyataan Indonesia masih jauh dari kata merdeka.

Data dari BPS menyebutkan bahwa angka pengangguran terbuka di Indonesia per Januari 2009 sebesar 9,4 juta jiwa. Dengan tingkat kemiskinan per maret 2009 sebesar 34,98 juta jiwa. Hal itu menggambarkan bahwa kondisi rakyat Indonesia masih memprihatinkan dan jauh dari sejahtera. Selain itu, aksi terorisme kian mengancam Indonesia mengingat pada bulan Juli lalu, terjadi bom bunuh diri di dua hotel yang berbeda. Keadaan ini diperparah dengan terjadinya kesenjangan sosial yang semakin melebar, dimana perbedaan antara yang kaya dan miskin semakin meluas.

Dengan mencermati realita yang terjadi di negeri ini, maka secara jelas bahwa Indonesia sebagai negara yang berdaulat masih jauh dari merdeka sepenuhnya. Kendati bangsa ini masih jauh dari kata merdeka yang sesungguhnya, tapi upaya menciptakan cita-cita bangsa dalam pembukaan UUD’45 alinea keempat harus tetap di wujudkan, yaitu menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk ini, amanah ini menjadi tanggung jawab pemeritahan yang berkuasa saat ini.

Perjuangan dalam mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia harus sebanding dengan perjuangan para pahlawan ketika merebut kekuasaan dari tangan penjajah. Namun, yang membedakan ialah cara perjuangan yang dilakukan. Pada zaman dahulu perjuangan dilakukan dengan pertumpahan darah, tetapi perjuangan saat ini harus lebih mengedepankan intelektualitas, integritas, dan moral sebagai bangsa yang berdaulat. Semuanya itu merupakan wujud menciptakan kemerdekaan yang sesungguhnya.

Untuk menciptakan kemerdekaan yang sesungguhnya, banyak hal yang perlu dilakukan oleh penguasa (pemerintah). Pertama, menciptakan kesempatan yang sama bagi seluruh rakyat Indonesia. Maksudnya, setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan berusaha, sekolah, mendapatkan pelayanan kesehatan, dan jaminan sosial lainnya. Kedua, perlu adanya revitalisasi pemerintahan agar tercipta pelayanan masyarakat yang efektif dan efisien dengan mengedepankan keadilan sosial. Hal ini mengandung arti bahwa pelayanan kepada masyarakat harus adil tanpa membeda-bedakan antara yang satu dengan lainnya.

Ketiga, perlu adanya pemberdayaan dan pengembangan unit kegiatan yang mampu melibatkan seluruh rakyat Indonesia dengan mengedepankan kekayaan intelektualitas. Cara ini dapat memberikan kesempatan kerja yang besar bagi rakyat Indonesia. Selain itu, pengembangan ini sifatnya terbarukan karena mengandalkan kekayaan sumber daya insani. Untuk itu, upaya menciptakan kemerdekaan yang sesungguhnya nampaknya akan semakin mendekati realitas apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Upaya menciptakan kemerdekaan yang seutuhnya memang harus diupayakan dengan mengedepankan keutuhan hidup berbangsa dan bernegara. Selain itu, guna menciptakan kemerdekaan yang sesungguhnya peran serta seluruh rakyat Indonesia sangat dibutuhkan. Kita ingat bahwa para pahlawan bersatu untuk mengusir penjajah, maka kita pun harus bersatu untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.


Sabtu, 22 Agustus 2009

Kontribusi Pemuda dalam Pembangunan Nasional

Seputar Indonesia
Saturday, 22 August 2009

PEMUDA merupakan tulang punggung kemajuan suatu bangsa. Pemudalah yang akan menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa dalam merintis perekonomian dan pembangunan.

Pemuda biasanya diidentikkan dengan perubahan,pembaharuan,dan pergerakan. Pada masa penjajahan hingga proklamasi kemerdekaan,peran pemuda sangat luar biasa. Maka, tidak berlebihan apabila pemudalah jiwa dan raga suatu bangsa dalam meniti kejayaan di masa kini dan mendatang. Kini Indonesia telah merdeka, peran pemuda tidak lagi sebagai pahlawan perang melawan penjajah.

Melainkan membuat perubahan, pembaruan, dan pergerakan yang mendukung kemajuan perekonomian dan pembangunan nasional.Hal ini menunjukkan perjuangan kaum muda saat ini tidak lagi mengandalkan kekuatan otot, tetapi menjunjung kekayaan intelektualitas dan integritas sebuah bangsa.

Melalui keterlibatannya dalam pembangunan nasional dengan mengandalkan keahliannya masing-masing. Menciptakan pembangunan dan perekonomian yang berkelanjutan memang memerlukan peran pemuda.Pasalnya, kekayaan yang dimiliki sumber daya insani (pemuda) bersifat terbarukan dan akan terus mengalami regenerasi.

Memahami betapa besarnya peran pemuda sudah selayaknya pengembangan dan pemberdayaan kaum muda harus terus dilakukan. Melalui program-program yang tepat dan terarah, sehingga menghasilkan bibit yang unggul, guna kemajuan bangsa di masa mendatang. Peran pemuda yang dirasa penting perlu mendapat apresiasi lebih dari pemerintah.

Di masa peringatan HUT Ke-64 RI ini, sudah waktunya pemerintah mulai memberikan perhatian khusus bagi tulang punggung bangsa di masa mendatang dengan memberikan beasiswa, pelatihan, penghargaan, dan hal lain yang mampu memotivasi perkembangan pemuda Indonesia. Itu semua akan berdampak positif bagi kemajuan bangsa.

Kontribusi anak muda dalam pembangunan nasional memang tidak harus tampak dari segi fisik,tetapi bisa dari segala hal.Mulai dari prestasi akademik hingga yang bersifat olahraga. Pemuda harus memberikan usaha terbaiknya sebagai bentuk bakti pada bangsa. Selain itu,pemuda harus mampu menciptakan pengaruh yang besar dalam pembaharuan dan kemajuan ekonomi.

Selanjutnya, mengarahkan pengertian bahwa kontribusi pemuda dalam pembangunan nasional merupakan sebagai sebuah sumbangsih kaum muda dengan melibatkan keahlian dan bakatnya di bidang masingmasing demi kemajuan bangsa.

Maka, pada ulang tahun yang ke-64 ini perhatian bangsa terhadap pemuda harus terus ditingkatkan, yang kemudian menuntut kaum muda untuk lebih berusaha demi kemajuan bangsanya. Hidup kaum muda Indonesia! Berjuanglah demi tumpah darahmu.(*)

Felix Wisnu Handoyo
Mahasiswa Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
UGM Yogyakarta

Sabtu, 08 Agustus 2009

Implementasi Program Kesejahteraan

Dimuat Seputar Indonesia
Sabtu, 8 Agustus 2009

PADA beberapa waktu lalu, presiden telah menyampaikan pidato kenegaraan di Gedung MPR/DPR terkait RAPBN 2010. Dalam pidato, yang diwarnai tepuk tangan tersebut presiden menyampaikan lima prioritas pembangunan dan anggaran.

Di mana salah satu yang menjadi prioritasnya ialah pemeliharaan kesejahteraan rakyat, serta penataan kelembagaan dan pelaksanaan sistem perlindungan sosial sebesar Rp36,1 triliun. Peningkatan kesejahteraan rakyat memang merupakan tujuan bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD’45,yakni meningkatkan kesejahteraan umum.

Maka, upaya peningkatan kesejahteraan memang seharusnya menjadi prioritas. Berdasarkan data yang dihimpun dari BPS menyebutkan angka kemiskinan per maret 2009 mencapai 34,98 juta jiwa. Hal itu menandakan masih banyak rakyat Indonesia yang berada dalam keadaan jauh dari sejahtera.

Selain itu, BPS juga menyebutkan, per Januari 2009 terdapat pengangguran terbuka sebesar 9.427.590 jiwa. Dengan tingkat pengangguran yang masih cukup tinggi berarti tantangan pemerintah akan semakin berat.Maka, dibutuhkan program peningkatan kesejahteraan yang efektif sehingga dapat sesuai dan cita-cita bangsa dalam menyejahterakan rakyatnya.

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, ada beberapa program yang dapat direalisasikan. Pertama,program pemberdayaan dan pengembangan industri kreatif. Kendati tahun ini ditetapkan sebagai tahun industri kreatif,pembinaan terhadap industri tersebut masih belum menunjukkan per-tumbuhan yang signifikan. Padahal Industri kreatif sendiri mampu menyerap rata-rata 5,4 juta pekerja pada periode 2002- 2006,dengan sumbangsih terhadap PDB mencapai Rp104,6 triliun.

Dengan angka sebesar itu berarti industri kreatif memiliki potensi untuk menekan pengangguran, angka kemiskinan, dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kedua, program pemerataan kesempatan berusaha bagi setiap warga negara.Kemiskinan yang terjadi di Indonesia sering disebabkan oleh keterbatasan akses penunjang.

Program ini dapat direalisasikan dengan meningkatkan pembangunan sarana publik di setiap daerah di Indonesia.Yang memudahkan setiap warga negara untuk mengaksesnya. Ketiga, program pemberdayaan dan pengembangan UKM, yang hingga saat ini nasibnya tak menentu.

Padahal UKM merupakan entitas bisnis yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.Yang memungkinkan untuk menekan angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Pada dasarnya,ketiga program di atas hanya segelintir program yang seharusnya menjadi senjata utama pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka, yang dibutuhkan saat ini ialah implementasi program yang efektif dan efisien, bukan penggelembungan terhadap anggaran kesejahteraan.(*)

Kamis, 06 Agustus 2009

Kriteria Pemilihan Menteri dalam Kabinet

Dimuat Seputar Indonesia
Sabtu, 1 Agustus 2009

Tantangan besar akan menghadang perjalanan pemerintahan baru. Pasalnya, banyak permasalahan yang harus diatasi dan ditangani. Mulai dari masalah ekonomi, politik hingga persoalan mengenai pertahanan dan keamanan. Maka, pembentukan kabinet yang professional dan ramping wajib dilakukan guna menjawab dan menyelesaikan permasalahan yang ada.


Kebiasaan membagi-bagi kursi kabinet kepada patai politik pendukung nampaknya harus segera dihilangkan. Pasalnya, dengan zaman yang semakin kompetitif diperlukan pemerintahan yang tangguh. Dimana pemerintahan yang tangguh membutuhkan orang-orang prefesional bukan mereka yang bekerja atas kepentingan kelompok. Maka, presiden terpilih harus benar-benar cermat dalam memilih menteri yang akan mengisi jabatan dalam pemerintahannya.


Hal itu dipertegas dengan pendapat sejumlah ekonom yang mengatakan bahwa tantangan perekonomian lima tahun mendatang akan semakin berat. Maka, dibutuhkan orang-orang professional untuk mengisi posisi strategis dalam pemerintahan mendatang.


Menurut Kritiadi dari Centre for Strategic and Internasional Studies bahwa setidaknya akan ada tiga permasalahan yang akan dihadapi pemerintah ke depan. Pertama, dibidang ekonomi yang masih menyangkut masalah krisis global. Kedua, membangun pemerintahan yang lebih bersih. Ketiga, mengenai pertahanan dan keamanan, yang menyangkut alutsista (alat utama sistem persenjataan).


Dengan melihat permasalahan yang dihadapi pemerintah ke depan, maka pembentukan kabinet yang professional wajib menjadi fokus pemerintahan mendatang. Namun, yang menjadi permasalahan saat ini, bagaimana menilai dan membangun kabinet yang professional? Untuk menjawab hal tersebut ada beberapa cara yang bisa ditempuh. Pertama, presiden harus mampu mengetahui track record menteri yang akan mengisi jabatan di kabinetnya. Langkah semacam ini bisa dikatakan hal yang lumrah dilakukan oleh presiden dalam membentuk kabinet. Namun, yang perlu diperhatikan lebih dalam ialah mengenai pengalaman, prestasi dan sejumlah hal lainnya yang dibutuhkan presiden sesuai kualifikasi yang diinginkannya.


Kedua, presiden perlu membagi porsi yang tepat yang mengisi jabatan dalam kabinetnya. Porsi yang dimaksud ialah komposisi antara penjatahan dari partai politik pendukung dengan mereka yang benar-benar berasal dari kaum professional, seperti akademisi. Hal itu dimaksudkan agar tercipta keseimbangan dalam cabinet sehingga dalam menjalankan tugasnya dengan baik.


Ketiga, presiden perlu mengetahui kapasitas yang dimiliki oleh menteri yang dipilihnya. Langkah ini dimaksudkan agar pemilihan menteri yang mengisi kursi dalam kabinet benar-benar sesuai dengan kapasitas dan kompentensi yang dimiliki. Pemilihan menteri sesuai kapasitanya akan menentukan kefektivitasan kabinet dan kebijakan yang dikeluarkannya.


Dengan adanya proses demikian, diharapkan komposisi kabinet yang dipilih dapat membentuk pemerintahan yang efektif dan efisien. Yang mampu membawa Indonesia keranah yang lebih tinggi sehingga mampu menciptakan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan.