Selasa, 30 Desember 2008

Berdalih Memajukan Pendidikan

Perbuatan yang memalukan jika UU BHP hanya dalih untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Untuk memajukan dunia pendidikan tidak seharusnya dilakukan dengan mengubah status institusi pendidikan.

Dengan dalih memajukan pendidikan maka munculah UU BHP yang telah ditetapkan anggota DPR beberapa waktu lalu. Pengubahan status institusi pendidikan bukan merupakan langkah yang efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Hal itu hanya memarginalkan kaum yang miskin dalam memperoleh pendidikan yang layak. Jika ingin memajukan pendidikan mengapa harus dengan mengubah status institusi pendidikan? Hal itu jelas patut dipertanyakan karena kualitas pendidikan tidak dapat dijamin dengan perubahan status instansi pendidikan.

Jika kita tinjau lebih jauh bahwa kualitas pendidikan tidak dapat diukur dari status institusi pendidikan, melainkan dari sistem pengajaran, fasilitas yang memadai, kurikulum yang diajar, dan staf pengajar yang berkualitas. Keempat hal tersebut yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah bukan malah menimbulkan masalah dengan mengubah status instansi pendidikan.

Aksi penolakan UU BHP yang sering dilakukan mahasiswa memang merupakan suatu tindakan yang wajar. Pasalnya, UU BHP memungkinkan adanya komersialisasi pendidikan. Dimana akan ditandai dengan meningkatnya biaya pendidikan seperti yang terjadi pada perubahan PTN menjadi BHMN yang telah menaikkan biaya pendidikan hingga 28 kali lipat. Ketakutan meningkatnya biaya pendidikan jelas menghantui mahasiwa saat ini jika UU BHP jadi diterapkan. Pasalnya, kondisi masyarakat Indonesia jauh dari sejahtera sehingga akan memperkecil ruang gerak bagi mereka yang miskin untuk mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.

Mengenyam pendidikan merupakan hak semua warga Indonesia maka pemerintah wajib melindunginya. Pemberlakuan UU BHP akan meningkatkan praktik liberalisme pendidikan, dimana peran pemerintah akan sangat minim dalam dunia pendidikan. Praktik ini hanya akan dimenangkan oleh sebagian masyarakat saja yang berasal dari keluarga kaya yang bisa merasakan indahnya pendidikan.

Lalu, apa yang seharusnya dilakukan pemerintah?
Yang seharusnya dilakukan pemerintah saat ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan, yaitu dengan meningkatkan anggaran pendidikan. Melalui peningkatan anggaran pendidikan maka perubahan dalam dunia pendidikan dapat dilakukan. Melalui pembenahan fasilitas, sistem pendidikan, kurikulum yang diajarkan, dan peningkatan kualitas staf pengajar. Dengan langkah-langkah yang telah disebutkan di atas diharapkan kualitas pendidikan dapat ditingkatkan dan semua golongan masyarakat dapat mengenyam pendidikan. Hal itu jelas akan memberikan manfaat yang lebih besar ketimbang perubahan status instansi pendidikan menjadi BHP (Badan Hukum Pendidikan).

Felix Wisnu Handoyo
Mahasiswa Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
UGM Yoyagkarta

Amunisi Meredam Pengangguran

Seputar Indonesia
Jumat, 28 November 2008

Pemerintah harus meningkatkan permintaan agregat untuk mencegah terjadinya pengangguran massal. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu dengan penurunan bea tarif impor bahan baku, penurunan tingkat suku bunga, penurunan harga BBM, dan peningkatan pengeluaran pemerintah.

Dampak krisis global mulai merambah sektor riil Indonesia dengan banyak perusahaan yang akan merumahkan dan memecat karyawan. Krisis yang berpusat di Amerika Serikat tersebut mulai mempengaruhi sektor riil Indonesia karena Amerika Serikat merupakan negara utama tujuan ekspor perusahaan-perusahaan Indonesia. Akibat krisis yang terjadi permintaan barang-barang ekspor Indonesia menurun drastis. Apabila kondisi ini terus terjadi bukan tidak mungkin pengangguran besar-besaran akan terjadi.

Beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah terkait penurunan produksi ialah menurunkan tarif bea impor barang baku, penurunan tingkat suku bunga, penurunan harga BBM, dan peningkatan pengeluaran pemerintah. Keempat hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan permintaan agregat sehingga mampu menstimulasi peningkatan produksi. Yang pada akhirnya mencegah terjadinya pengangguran massal.

Dalam jangka pendek keempat langkah tersebut dapat menjadi solusi atas dampak krisis pada sektor riil,yaitu penurunan tarif bea impor bahan baku dapat menurunkan biaya produksi. Adapun penurunan tingkat suku bunga diharapkan dapat meningkatkan investasi.

Langkah ketiga yang bisa dilakukan pemerintah yaitu dengan menurunkan harga BBM. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Peningkatan daya beli akan menstimulasi peningkatan produksi. Selain itu, turunnya harga BBM diharapkan dapat menurunkan tingkat inflasi. Keadaan tersebut bisa terjadi karena BBM memiliki dampak yang sangat luas bagi daya beli masyarakat.

Langkah terakhir dapat dilakukan pemerintah dengan meningkatkan belanja pemerintah (goverment expenditure). Kondisi ini mampu menstimulasi pengusaha untuk meningkatkan kapasitas produksinya sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Dengan demikian, ancaman terhadap pemutusan hubungan kerja dan perumahan karyawan dapat diminimalisasikan.
`

Felix Wisnu Handoyo
Mahasiswa Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
UGM, Yogyakarta

Senin, 29 Desember 2008

Penurunan Tarif Telekomunikasi Bagi Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Indonesia

Penurunan Tarif Telekomunikasi Bagi Kehidupan Sosial dan Ekonomi

Masyarakat Indonesia

Oleh: Felix Wisnu Handoyo

Kebijakan pemerintah yang mewajibkan operator telekomunikasi untuk menurunkan tarifnya berdampak bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Hal itu mampu mengubah pola komsumsi dan perilaku masyarakat. Yang awalnya tidak pernah atau jarang berkomunikasi melalui telepon genggam mulai menggunakannya. Bahkan, intensitas penggunaannya cenderung meningkat dari tahun ketahun . Kondisi tersebut membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat, baik secara positif maupun negatif. Perubahan pola konsumsi, mengarahkan kehidupan sosial yang modernisasi sebagai bentuk akibat turunnya tarif telekomunikasi.

Perubahan tarif telekomunikasi membawa tren baru dalam kehidupan masyarakat. Penggunaan telepon genggam meningkat tajam menjadi salah satu indikasi penurunan tarif telekomunikasi. Dimana sebelumnya masyarakat lebih mengutamakan penggunaan telepon rumah atau wartel kemudian mengubah pola konsumsinya dengan menggunakan telepon genggam. Secara tiba-tiba terjadi shock pada pasar telekomunikasi mulai dari peningkatan piranti lunak hingga piranti keras yang langsung berhubungan langsung dengan permintaan telepon genggam. Fenomena ini jelas mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia secara fundamental.

Konsumsi meningkat seiring penurunan tarif telekomunikasi yang berlaku di Indonesia. Dimana kondisi tersebut mampu memberikan efek tiba-tiba bagi pasar telekomunikasi. Jika diperhatikan mulai banyak operator telekomunikasi baru bermunculan, meningkatnya penawaran dan permintaan akan telepon genggam, meningkatnya intensitas masyarakat dalam berkomunikasi, dan mengubah pola pandang masyarakat terhadap telepon genggam. Saat ini telepon genggam bukan menjadi barang mewah melainkan sudah menjadi barang normal yang bisa dimiliki siapa saja tanpa mengenal status. Mulai dari mereka yang penghasilan rendah, sedang, hingga tinggi sudah menggunakan telepon genggam. Beberapa aktor utama dalam peningkatan konsumsi telekomunikasi akan mendapatkan keuntungan, baik secara finansial, pelayanan, dan kemudahan dalam berkomunikasi.

Meningkatnya jumlah operator telekomunikasi merupakan dampak awal dari penurunan tarif telekomunikasi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa telekomunikasi di Indonesia dianggap menarik oleh para investor. Keadaan ini jelas dimanfaatkan oleh investor baik asing maupun domestik. Peluang yang besar mendorong para operator meningkatkan pelayanan dengan melakukan ekspansi. Hal yang bisa dilakukan yaitu dengan menambah investasi untuk memperluas jaringan telekomunikasi yang telah ada. Perkembangan yang pesat ini jelas akan mengubah pola dan perilaku masyarakat dalam menggunakan jasa telekomunikasi. Ekspansi besar-besaran yang dilakukan para operator merupakan upaya untuk menarik para pengguna jasanya, meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan zona wilayah jangkauan yang mendorong kualitas signal yang baik.

Kegiatan ekspansi yang dilakukan oleh operator tidak hanya berdampak pada penyedia dan konsumen saja, tapi juga berdampak pada pendapatan masyarakat. Dengan adanya ekspansi yang dilakukan akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Yang secara tidak langsung akan meningkatkan daya beli masyarakat dan langsung yang dirasakan ialah peningkatan pendapatan masyarakat seiring penurunan angka pengangguran. Keadaan tersebut akan mampu mendorong PDB nasional yang ditopang melalui peningkatan produksivitas masyarakatnya. Bagi pemilik lahan akan mendorong peningkatan pendapatan melalui biaya sewa lahan kepada operator telekomunikasi. Pendapatan yang meningkat juga akan mendorong konsumsi lebih besar, jika lihat secara ekonomi dapat mendorang pertumbuhan ekonomi nasional. Bagi para investor perkembangan yang terjadi akan meningkatkan deviden sehingga terjadi peningkatan harga saham di BEI (Bursa Efek Indonesia).

Penurunan tarif telekomunikasi berdampak pada pola konsumsi secara teknis, baik dari segi penawaran maupun permintaan perangkat telepon genggam. Secara garis besar dampak penurunan tarif akan merambat ke pasar penjualan telepon genggam. Dalam beberapa tahun terakhir banyak tempat belanja atau mall yang khusus menjual telepon genggam. Di jakarta, pusat penjualan telepon genggam ada di Roxy Mas, Jakarta Barat. Dimana tempat ini menjadi ajang jual beli piranti keras yang mendukung dalam berkomunikasi. Berdasarkan pengamatan Roxy Mas tidak pernah luput dari keramaian pengunjung yang ditandai transaksi penjualan atau pembelian dalam jumlah besar. Jakarta bisa menjadi parameter perkembangan pesat industri telekomunikasi di Indonesia. Pasalnya, sekitar 80% uang beredar di Jakarta, dengan kata lain Jakarta bisa menjadi gambaran konsumsi telekomunikasi di Nusantara.

Peningkatan transaksi penjualan dan pembelian telepon genggam menggambarkan prospek investasi dalam telekomunikasi sangat menjanjikan keberhasilannya. Kondisi demikian jelas memberikan dampak positif bagi pergerakan ekonomi. Selain itu, memberikan dampak sosial yang positif bagi lingkungan sekitar dan masyarakat Indonesia. Meskipun ada dampak negatif dari peningkatan konsumsi telekomunikasi, seperti kebutuhan yang diutamakan hanya komunikasi. Dengan turunnya tarif komunikasi memang memberikan dampak yang positif dan negatif. Namun, yang perlu diketahui ialah apakah manfaatnya lebih besar dari kerugiannya? Jika berbicara penurunan tarif telekomunikasi jelas akan memiliki dampak yang positif yang lebih besar, seperti yang telah diungkapkan di atas.

Peningkatan intensitas masyarakat dalam menggunakan jasa telekomunikasi jelas terasa dalam masyarakat. Penurunan tarif telekomunikasi memang terasa secara langsung meningkatkan penggunaan jasa telekomunikasi. Dengan berbagai tawaran yang menarik dari operator telekomunikasi direspon positif oleh masyarakat. Upaya tersebut dilakukan operator telekomunikasi untuk menjaring pelanggannya. Mulai dari kartu perdana murah, biaya telekomunikasi murah pada jam tertentu, dan paket telepon genggam dengan perdana murah.

Turunnya tarif telekomunikasi ikut mengubah pandangan masyarakat terhadap penggunaan telekomunikasi dan telepon genggam. Meningkatnya penggunaan telepon genggam menurunkan tingkat kualitas dari telepon genggam. Maksudnya telepon genggam bukan dianggap sebagai barang mewah. Hal itu mendorong masyarakat untuk menggunakan telepon genggam sebagai sebuah kebutuhan mutlak yang tidak bisa diganti. Jika hal tersebut berlangsung terus menerus tidak akan berdampak positif bagi kehidupan masyarakat. Namun, pada masyarakat golongan atas penurunan tarif telekomunikasi tidak akan mempengaruhi perilaku dalam berkomunikasi terlalu besar karena pola konsumsi yang berbeda. Secara garis besar turunnya tarif jelas akan mempengaruhi pola pandang terhadap penggunaan dan konsumsi telekomunikasi di Indonesia.

Dampak sosial di masyarakat

Penulisan di atas merupakan gambaran secara garis besar dampak penurunan konsumsi telekomunikasi di Indonesia. Jika dipandang secara mendetail banyak pengaruh sosial yang timbul akibat kondisi tersebut. Mulai dari menjamurnya penggunaan telepon genggam, peningkatan intensitas konsumsi telekomunikasi, persaingan antar operator semakin meningkat, pengalihan kebutuhan secara besar-besaran, dan pemborosan dalam konsumsi telekomunikasi. Keadaan tersebut jika ditelaah lebih jauh dapat diketahui pengaruhnya, apakah berdampak positif atau negatif? Namun, hal tersebut harus dipandang secara dua arah, dari segi konsumsi dan penyedia jasa telekomunikasi. Dengan hal tersebut diharapkan dapat memberi penilaian lebih objektif mengenai dampak penurunan tarif telekomunikasi.

Menjamurnya penggunaan telepon genggam berkorelasi positif dengan penurunan tarif telekomunikasi di Indonesia. Seiring penurunan tarif maka permintaan akan telepon genggam meningkat drastis. Hal ini menunjukkan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang cenderung meningkat. Fenomena ini mampu menggerakkan permintaan dan penyediaan jasa telekomunikasi, baik layanan jasa maupun penjualan telepon genggam. Pergerakan yang terjadi pada permintaan layanan jasa mendorong peningkatan penggunaa telepon genggam. Dengan pola yang terjadi saat ini menggambarkan konsumsi yang terjadi pada telekomunikasi mendorong permintaan piranti pendukungnya, seperti telepon genggam. Jika dilihat dari segi penyedia jasa, permintaan yang meningkat akan mendorong investasi secara besar-besaran. Dimana kedua hal tersebut berkorelasi positif yang berdampak pada meningkatnya penggunaan telepon genggam. Jika ditelaah lebih mendalam akan berdampak luas pada pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya konsumsi jasa telekomunikasi.

Peningkatan intensitas konsumsi telekomunikasi terdorong seiring turunnya tarif komunikasi. Dalam hukum permintaan menyebutkan bahwa semakin harga turun maka jumlah barang yang diminta akan meningkat. Jika diartikan dalam permintaan telekomunikasi maka semakin murah tarifnya akan meningkatkan lama waktu penggunaan jasa komunikasi tersebut. Hal ini jelas memberi peluang bisnis yang besar bagi investor telekomunikasi. Fenomena ini menggambarkan permintaan akan jasa komunikasi cenderung meningkat dari tahun ketahun. Kondisi ini jelas menarik minat investor untuk menanamkan modalnya disektor telekomunikasi. Bahkan, dalam kondisi krisis global saat ini permintaan akan jasa komunikasi tidak terlalu berpengaruh pada konsumsi masyarakat. Hal itu membuktikan telekomunikasi memiliki dampak sosial kuat dan menyebar secara meluas.

Dengan peningkatan permintaan akan konsumsi jasa telekomunikasi akan meningkatkan persaingan antar operator dalam menarik pelanggannya. Tawaran dengan tarif murah melalui promosi dalam jangka waktu tertentu menjadi andalan bagi masing-masing operator untuk meningkatkan daya saingnya. Selain itu, bermunculannya operator baru ikut menyemarakkan persaingan dalam dunia telekomunkasi. Saat ini penyedia jasa komunikasi tidak hanya merambah pasar GSM tetapi ada yang bermain dalam pasar CDMA. Hal itu merupakan variasi layanan yang berfungsi menjaring pelanggan dengan pasarnya masing-masing.

Banyaknya operator telekomunikasi membuat masyarakat bingung menentukan penggunaan jasa operator. Bagi sebagian orang yang telah lama menggunakan operator tertentu mungkin akan tetap menggunakan nomer lamanya, sedangkan untuk pengguna baru akan menjadi sasaran dari operator untuk menarik minat pelanggannya. Variasi dalam tawaran jasa dan operator akan meningkatkan persaingan yang lebih sehat. Yang pada akhirnya, konsumen tidak dirugikan dengan penerapan tarif telekomunikasi saat ini.

Pengalihan kebutuhan secara besar-besaran terjadi akibat dari turunnya tarif telekomunikasi. Dimana respon masyarakat yang dipandang terlalu berlebihan membawa dampak yang kurang baik dalam pola konsumsi mereka. Hal itu tercermin dari kondisi masyarakat yang lebih mengutamakan sarana komunikasi dari pada untuk konsumsi kebutuhan pokok. Pengaruh yang timbul dari turunnya tarif telekomunikasi ialah perilaku modernisasi. Yang lebih mengutamakan penampilannya tanpa memandang segi lain yang lebih penting untuk bertahan hidup. Keadaan ini jelas menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Sedangkan, bagi para penyedia jasa layanan telekomunikasi tidak ada kendala berarti dalam perubahan pola konsumsi di masyarakat. Dengan pola konsumsi yang berubah malah penyedia jasa komunikasi tersebut diuntungkan. Kedua hal tersebut harus dicermati dengan baik, jika tidak akan memberi dampak sosial yang negatif di masyarakat lebih besar meskipun pihak operator jasa layanan diuntungkan.

Pemborosan dalam konsumsi telekomunikasi diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan masyarakat dengan sia-sia atau tidak dalam kondisi yang mendesak. Dimana keinginan masyarakat untuk menggunakan jasa komunikasi meningkat meskipun penggunaannya sia-sia atau kurang memberikan manfaat. Pengaruh ini jelas tidak baik karena masyarakat hanya diajarkan untuk mengonsumsi saja tanpa adanya peningkatan produktivitas. Jika dipandang secara ekonomi konsumsi memang baik tetapi jika tidak didukung dengan peningkatan produktivitas tidak akan memberi dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Secara tidak langsung masyarakat akan terdidik untuk berkonsumsi saja, hal itu bisa menimbulkan ketergantungan yang luar biasa yang bisa berdampak negatif dalam jangka panjang.

Dampak ekonomi bagi masyarakat

Pengaruh yang ditimbulkan dengan peningkatan pesat konsumsi telekomunikasi dapat ditinjau dari segi ekonomi makro dan mikro. Dimana keduanya akan membahas dari sudut pandang yang berbeda. Dalam menelaah dampak dari penurunan tarif telekomunikasi dengan kedua komponen tersebut kita dapat melihat pengaruhnya secara menyeluruh. Meskipun membutuhkan penyesuaian dengan kondisi riil yang terjadi di masyarakat.

Dalam memandang pengaruh penurunan tarif telekomunikasi dari segi makro yang harus dilihat ialah komponen apa yang akan meningkat. Penurunan tarif akan mendorong peningkatan agregat permintaan yang digambarkan dalam konsumsi nasional. Melihat kondisi tersebut hal yang bisa dilakukan oleh operator telekomunikasi yaitu dengan memperbanyak pelanggan. Asumsi yang digunakan penurunan tarif tetap tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Respon yang dilakukan operator telekomunikasi yang sudah ada akan meningkatkan investasi dalam telekomunikasi, seperti pembangunan tower, perluasan jaringan komunikasi, dan promosi besar-besaran. Bagi operator baru akan melihat bahwa investasi dalam telekomunikasi di Indonesia masih menguntungkan. Hal itu ditandai dengan permintaan akan jasa telekomunikasi yang cenderung meningkat dari tahun ketahun.

Dengan meningkatnya konsumsi akan mendorong peningkatan PDB nasional hal jelas berdampak positif bagi perekonomian Indonesia. Peningkatan konsumsi khususnya dibidang telekomunikasi akan menstimulus perkembangan dunia usaha lainnya (tidak hanya jasa telekomunikasi). Konsumsi telekomunikasi yang meningkat akan diikuti dengan piranti pendukung, seperti penjualan telepon genggam dan aksesoris lainnya. Stimulus ini akan merangsang peningkatan perekonomian, dalam jangka pendek akan membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan, dan ikut membantu dalam peningkatan produktivitas masyarakat.

Pengembangan investasi akan terdorong ketika permintaan akan jasa telekomunikasi meningkat. Munculnya inovasi pada operator telekomunikasi merupakan tanda bahwa kegiatan investasi dalam telekomunikasi sangat menjanjikan. Jika dilihat lebih mendalam ekspansi yang dilakukan mampu meningkatkan gairah di berbagai sektor sehingga krisis global yang terjadi tidak akan berdampak terlalu besar bagi dunia telekomunikasi. Dalam beberapa pengamatan di Roxy Mas pengunjung cenderung mengalami peningkatan meskipun ancaman krisis global mulai mendera sektor riil.

Dalam memahami kondisi tersebut perlu ditelaah bahwa investasi telekomunikasi bisa menjadi salah satu penggiat dari kemajuan ekonomi. Stimulus dari penurunan tarif berdampak sangat meluas sehingga perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Bukan tidak mungkin industri telekomunikasi bisa menjadi penopang ekonomi dalam menghadapi krisis global saat ini. Hal bisa dipetik dari penurunan tarif telekomunikasi yaitu adanya peningkatan atau gairah pasar yang mendorong peningkatan PDB (Product Domestic Bruto) sehingga mampu menopang ekonomi terutama ketika krisis global melanda.

Gairah pasar telekomunikasi dalam mendukung perekonomian nasional tidak terlepas dari konsumsi individu. Hal itu ikut mendorong penekanan dalam menelaah kondisi mikro yang ada. Dalam pembahasan mikro yang perlu diketahui yaitu biaya produksi dan jumlah barang yang dapat diproduksi. Dengan kedua hal tersebut dapat dikembangkan untuk melihat kondisi masyarakat secara individu. Dimana komponen biaya meliputi biaya tetap seperti gedung, mesin dan biaya variabel meliputi upah tenaga kerja, dan biaya pelatihan, dan tunjangan bagi tenaga kerja. Sedangkan, komponen dalam produksi meliputi produktivitas tenaga kerja, dan kapasitas produksi dari mesin yang digunakan.

Dengan adanya penurunan tarif telekomunikasi masyarakat akan merespon dengan konsumsi yang meningkat. Permintaan akan jasa komunikasi ini mendorong operator untuk melakukan ekspansi investasi. Hal ini akan menarik tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar. Selain itu, komponen yang sifatnya komplementer dengan telekomunikasi juga akan bergairah sehingga daya serap tenaga kerja akan meningkat tajam. Dengan penurunan pengangguran maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang mendorong konsumsi yang besar. Akibat kehidupan sosial yang berkembang akan membuat masyarakat lebih menganggarkan dananya lebih besar untuk telekomunikasi.

Kepadanan yang terjadi dimasyarakat akan tetap menggairahkan industri telekomunikasi seiring peningkatan permintaan jasa telekomunikasi. Kondisi demikian akan mampu memberikan manfaat lebih besar jika dilihat dari sudut pandang ekonomi.

Menelaah dampak sosial dan ekonomi

Kemajuan pesat yang diraih oleh industri telekomunikasi di Indonesia tidak terlepas dari antusias masyarakat dalam menyambut penurunan tarif jasa komunikasi. Respon positif tersebut mendorong industri telekomunikasi di Nusantara. Mulai dari menjamur penggunaan telepon genggam hingga intensitas konsumsi telekomunikasi yang terus meningkat. Namun, kemajuan yang dicapainya saat ini memiliki dampak yang luas bagi kehidupan masyarakat Nusantara. Baik yang positif maupun dampak yang negatif dari perkembangan dunia telekomunikasi akibat penurunan tarif tersebut.

Dalam menguraikan pengaruh dapat saling bertentangan antara dampak bagi kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat Indonesia. Tidak jarang juga dampak keduanya bisa bersifat positif atau neegatif semua. Hal itu merupakan sebuah risiko yang harus di tanggung masyarakat Indonesia ketika terjadi masa transisi dalam konsumsi telekomunkasi. Kesiapan masyarakat juga ikut menentukan berkembangnya industri telekomunikasi yang ada.

Prospek yang cerah bagi dunia telekomunikasi memang mampu menyihir masyarakat Indonesia. Yang diawali dengan penurunan tarif yang dilakukan pemerintah kepada setiap operator telekomunikasi. Dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan dari berkembangnya telekomunikasi bisa menjadi buah manis atau masam. Tergantung dari kesiapan masyarakat dalam menerima pengaruh besar yang menimpanya. Bukan hal yang mudah untuk menampik dampak yang ditimbul dari modernisasi yang terjadi.

Dalam menelaah dampak sosial dan ekonomi akibat penurunan tarif telekomunikasi perlu diketahui pengaruh yang ditimbulkan. Disemata-mata bahwa dampak positif bagi kehidupan sosial sudah pasti akan sama bagi ekonomi atau sebaliknya. Untuk itu pengenalan mengenai penurunan tarif harus ditanggapi dengan bijak. Tidak semata-mata penurunan tarif telelkomunikasi memberikan keuntungan yang besar tanpa adanya risiko atau efek samping lainnya. Yang perlu disadari saat ini ialah mengenai kesiapan masyarakat dalam menerima kemajuan telekomunikasi. Jangan hanya peningkatan ekonomi akibat kemajuan tersebut mengabaikan kehidupan sosial di masyarakat atau sebaliknya. Peningkatan kehidupan sosial yang tidak di imbangi dengan kemajuan ekonomi masyarakat Indonesia. Dengan memperhatikan aspek tersebut diharapkan terjadi kesinergisitasan di antara keduanya yang mampu membangun bangsa baik secara budaya melalui perilaku sosial dan peningkatan pendapatan dengan ditandai peningkatan pertumbuhan ekonomi.